- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 3 dan 4 PPDB SMKI ...
- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 2 PPDB SMKI ASSALAM...
- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...
Maling
Oleh : Afiyatul F., Fadilla Rizki, Siti Nur A., Mega Mustika, Sabrina Annisa P., Muhammad Farid Z., Della Eka Z., Qoni’atul Fitriana
Disebuah desa yang aman, tentram,
dan damai, hiduplah 2 tetangga yang baik. Keluarga Bapak Ari Irham keluarga
sederhana yang sangat bersahaja dan keluarga Ibu Suminem janda tua yang
memiliki satu anak, yang sangat baik terhadap tetanggnya. Bapak Ari memiliki
istri yang sangat cantik jelita bernama Ibu Aisyah dan putra tunggal yang
sangat tampan bernama Azka. Sedangak Ibu Suminem hidup bahagia bersama putri
tercintanya bernama Nisa.
Scene 1
Ibu Suminem :
“Nduk sebentar lagi 100 harinya bapak, sedangkan kita tidak memiliki biaya
untuk membeli kebutuhan selamatan.” (Murung)
Nisa :
”Apakah sebaiknya Nisa kerja saja bu ?” (Serius)
Ibu Suminem :
“Jangan nduk, tugas kamu itu sekolah bukan bekerja, salama ibu masih bisa, biar
ibu saja yang usaha.”
Nisa :
“Hmm.. Baik bu.”
Scene 2
Bu Suminem sedang
menyapu halaman dan teras rumah Pak Ari.
Pak Ari :
“Buk ne tadi saya lihat Bu Sum sedang melamun, kelihatannya ada yang sedang ia
pikirkan.”
Bu Aisyah :
“Oh iya pak ne, kan sebentar lagi 100 harinya Pak Ponidi, apa mungkin mereka
sedang kesulitan mencari biaya ?”
Pak Ari :
“Bisa jadi buk ne, mari kapan-kapan kita berntandang ke rumah mereka.”
Bu Aisyah :
“Iya pak ne lagian kan Bu Sum sering bantu-bantu di rumah kita dan gak mau dibayar.”
Scene 3
Saat
bel istirahat berdentang, Nisa keluar kelas dan duduk di bangku panjang
sekolah,
tiba-tiba Azka datang menghampirinya.
Azka :
“Kamu kenapa sih ay, kok kelihatannya murung gitu ?”. ( Tanya Azka heran)
Nisa :
“Emm gak papa kok, emang kenapa sih ?”
Azka :
“Emm gak papa, Cuma kelihatannya beda, gak seperti biasanya, kalau ada masalah
cerita aja, mungkin aku bisa bantu.”
Nisa :
“Maaf jika menurutmu aku beda. Hmm.. Begini, sebentar lagi kan 100 harinya
kematian bapakku dan kelurgaku tidak memiliki biaya.”
Azka :
“Oh jadi begitu, hmm yang sabar ya ay. Aku akan coba membantu.”
Nisa :
“Makasih banyak ya ay, maaf jika telah merepotkanmu.”
Azka
hanya membalas dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.
Scene 4
Keesokan
harinya Pak Ari dan Bu Aisyah bersantai di ruang keluarga.
Pak Ari :
“Eh buk ne kan kita udah lama nikah nih, buk ne ingat tidak hal yang paling
romantis yang pak ne lakukan khusus untuk bu ne.”
Bu Aisyah :
“Hal romantis ? ngasih cincin mas kawin aja masih ngutang, kok melakukan hal
romantis.” (Sewot)
Pak Ari :
“Lho masak sih buk ne, maaf pak ne lupa hehehe.” (Cengar-cengir)
Bu Aisyah :
“Halah gak kaget, pak ne selalu gitu.”
Pak Ari :
“Gini buk ne, sebagai tanda permintaan maaf pak ne ke buk ne, buk ne mau minta
apa ?”
Bu Aisyah :
“Mau minta mobil Lamborghini, bisa gak ?”
Pak Ari :
“Bisa,besok mobinya bakal datang…”
Bu Aisyah :
“Huuh pak ne bisanya ngomong saja…”
Pak Ari :
“Lho ini beneran lo …”
Bu Aisyah :
“Seriusan ?” (Sedikit kaget)
Pak Ari :
“Iya.” ( Berusaha meyakinkan)
Bu Aisyah :
“Yaudah kita lihat aja besok.”
(Kemudian
dari arah kamar Azka keluar).
Azka :
“Cieee…. Berduaan , lagi ngomongin apa nih ,,,,, lagi ngomongin aku ya, anak
satu satunya , yang paling SWAG walau nakal tapi tampan .”(Disertai gaya
sombongnya)
Bu Aisyah :
“Huh kamu itu ,,, pedenya selangit seperti bapaknya.”
Pak Ari :
“Lho memang benar kan pak ne ganteng , buktinya buk ne mau sama pak ne.”
Bu Aisyah :
“Iya deh iya , pak ne sama azka ganteng. Ayah sama anak sama saja.”
Azka dan Pak Ari : ( Tertawa terbahak bahak )
Azka :
“Yah, Azka mau ngomong sesuatu.”( Dengan sedikit serius )
Pak Ari :
“Apa ??? ngomong aja.”
Azka :
“Azka pengen sepeda motor baru , masak dari dulu Azka pakai sepeda motor butut
itu.”
Pak Ari :
“Iya , besok ayah cariin sekalian beli mobil buat ibumu …”
Azka :
“Beneran ?????”
Pak Ari :
“Iya.” (berwibawa).
Azka :
“Oh ya Azka lupa yah , Azka juga butuh duit nih …”
Pak Ari :
“Untuk apa ???” ( Dengan nada menyelidik )
Azka :
“Untuk bantu Nisa .”
Bu Aisyah :
“Nisa……Nisa siapa ???”
Azka :
“Itu Nisa anaknya Bu Sum…”
Bu Aisyah :
“Memangnya Nisa kenapa ?”
Azka :
“Azka kasihan lihat Nisa , tadi di sekolah dia terlihat murung , ternyata
setelah dia cerita ke Azka , ternyata dia butuh duit buat memperingati 100 hari
kematian bapaknya.”
Pak Ari :
“Oh ,, makanya kemarin saat menyapu teras rumah , Bu Sum terlihat murung ,
seperti memikirkan sesuatu . Oke, ayah bantu , kalau soal itu gak usah
difikirkan , biar ayah sama ibu saja yang membantu.”
Azka :
“Makasih banyak ya yah …”
Pak Ari dan Bu Aisyah : “Iya sama sama …”
( Namun disisi lain Bu Aisyah pun bertanya
tanya , darimana Pak Ari mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat).
Pak Ari : “Azka ayo temenin
ayah untuk membersihkan kandang burung.”
Azka : “Ayo…”
( Kemudian Pak Ari
dan Azka pun menuju ke teras belakang rumah).
Buk Aisyah :
“Pak ne kok bisa dapat uang sebanyak itu dari mana ya ? lagian gaji perbulanpun
tetap sama gak ada naik-naiknya.”(Gumam dalam hati)
Scene 5
Pak
Ari dan Bu Aisyah datang ke rumah Bu Sum.
Pak Ari dan Bu Aisyah : “Assalamu’alaikum Bu
Sum.”
Bu Suminem :
“Iya waalaikumussalam.”(Habis cuci piring langsung pergi menuju arah depan). “Oh
Pak ari dan Bu Aisyah to, mari masuk, mari masuk, maaf ya, rumah saya masih
berantakan”.
Bu Aisyah :
“Iya, tidak apa-apa kok bu…”
Bu Suminem :
“Ada apa siang-siang begini kok tumben datang kemari ?”
Bu Aisyah :
“Bagaimana keadaan ibu dan perkembangan janinnya ?”
Bu Suminem :
“Alhamdulillah sehat bu.” ( Seraya mengelus perut buncitnya )
Bu Aisyah :
“Jangan terlalu banyak fikiran bu, tidak baik untuk kesehatan janin ibu.”
Pak Ari : “Ma’af ya bu,saat kecelakaan
suami ibu kami tidak datang menjenguk,kami hanya datang diupacara pemakamannya
saja …”( Seraya berwajah sedih )
Bu Suminem :
“Iya pak,tidak apa-apa, itu sudah dapat meringankan beban dalam pikiran saya”
Bu Aisyah
: “Oh iya bu … Kan sebentar lagi 100 hari wafatnya Pak Ponidi, ini ada
sedikit rezeki semoga dapat membantu …” ( Seraya menyodorkan 10 lembar uang 100
ribuan )
Bu Suminem
: “Lho tidak usah repot-repot bu ….” ( Seraya mendorong tangan Bu Aisyah
dengan pelan )
Bu Aisyah
: “Tidak apa-apa bu … Kan kita sudah menjadi tetangga yang cukup
lama,jadi sudah sewajarnya jika saling membantu “.( Kembali menyerahkan uang )
Pak Ari
: “Iya Bu … toh saya juga
sudah menganggap keluarga ibu sebagai keluarga saya sendiri …”
Bu Suminem : (Menerima uang pemberian Bu Aisyah
) “ Allhamdulillah …. Terimakasih banyak Pak Ari,Bu Aisyah,kalian seperti
Malaikat penolong bagi saya …”. (Dengan mata yang berkaca-kaca )
Pak Ari dan Bu Aisyah : “Iya Bu Sum sama-sama.”
Setelah bertandang kerumah Bu Suminem,Pak Ari dan Bu Aisyah pun
berpamitan pulang.
Scene 6
2 Bulan kemudian
setelah peringatan 100 hari wafatnya Pak Ponidi.Keluarga Pak Ari Irham berubah
menjadi keluarga yang kaya raya. Mereka sering jalan-jalan ke Luar Negeri. Bu
Aisyah menjdi wanita sosialita, Azka menjadi cowok terkeren di Sekolahnya,
sedangkan Pak Ari menjadi seseorang yang sibuk dan Keluarga Pak Ari Irham
berubah menjadi keluarga yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
Pak Sayur : “Sayur ….
Sayur … sayur murah,sayur segar …” ( Dengan berteriak keras )
Bu Aisyah keluar
dari dalam mobil dan di sisi lain Bu Suminem keluar dari dalam rumah yang
hendak membeli sayur.
Pedagan sayur : “Bu Aisyah mau
beli apa? langganan aku kasih diskon, lagian udah lama gak keliahatan dan gak beli dagangan saya ”.
Bu Aisyah : “Iuuuh.... uh sayuran kamu udah gak selevel lagi, udah bau
asap, bau panas matahari, gak segar jadi, gak higenis lagi deh... gak mau ah
nanti kulitku yang cantik ini bisa keriput gara - gara sayur kamu”.
Pedagang sayur : “Ya udah bu
kalau gak beli sayuran saya tidak apa–apa, tapi tidak usah menghina dagangan
saya segala”.
(Setelah menghina pedagang sayur, Bu Aisyah langsung
menuju kedalam rumahnya. Pedagang sayur memangdangi kepergian Bu Aisyah kedalam
rumah seraya bergumam).
Pedagang sayur : “Heran kok ada orang kaya kayak gitu, udah gendut cantik juga enggak, sombong, judes kayak mak lampir”.
( Bu Inem mendekat sambil memegang sayur ).
Bu Suminem : “Pak ini harganya berapa, kalau yang ini... ini... ini..”. (Tetapi tidak ada respon dari tukang sayur, lalu Bu Sum berusaha menyadarkan si tukang sayur)
Bu Suminem : “Pak.....”. ( Sambil menepuk pundak si tukang sayur)
Pedagang sayur: “Oh iya...”. (Seraya melompat kaget)
Bu Suminem : “Mikirin apa sih pak, dari tadi saya panggil kok gak jawab – jawab”.
Pedagang sayur: “Enggak mikirin apa–apa kok bu”. (Seraya bertingkah kikuk)
Bu Suminem : “Saya mau beli sayur bayam, berapa pak?”.
Pedagang sayur: “Rp 3.000 aja, eh... bu itu rumahnya Bu Aisyah yang dulu langganan beli sayur disini?”.
Bu Suminem : “Iya pak, emangnya kenapa?”.
Pedagang sayur : “Kok sekarang beda, jadi tambah kaya, rumahnya megah, mobilnya bagus dan gak mau beli sayuran saya”.
Bu Suminem : “Iya kan Pak Ali baru naik pangkat, jadi gajinya nambah. Oh... ini Pak uangnya” .
(Setelah menyodorkan uang Bu Sum langsung masuk ke dalam rumahnya).
(Si tukang sayur pun tidak percaya dan bergumam sendiri seraya menatap rumah keluarga Pak Ali lekat – lekat)
Pedagang sayur : “Mana mungkin dalam waktu sesingkat ini bisa membangun rumah sebesar ini dan memiliki harta yang melimpah dengan hanya naik jabatan”.
(Kemudian terbesit didalam hatinya rasa ingin balas dendam akibat hinaan dari Bu Aisyah)
“Akan aku lampiaskan rasa sakit hatiku ini akibat penghinaan Bu Aisyah”. (Gumam pedagang sayur )
(Pedagang sayur beranjak pergi dari tempat tersebut)
Scene 7
Saat di dapur Nisa
membantu Bu Suminem menata makanan di meja makan.
Bu Inem : “Nis... bawa makanan ini ke meja makan”.
(Namun Nisa tak bergerak sedikitpun)
Bu Suminem : “Nis...”. (Bu Suminem memanggil Nisa yang kedua kalinya)
Nisa : “Ya Bu ada apa, maaf tadi Nisa tidak fokus”.
Bu Suminem : “Sebenarnya ada apa sih Nis, kok kelihatannya kamu memikirkan sesuatu”.
Nisa : “Iya Bu, sebenarnya Nisa lagi memikirkan hubungan Nisa dengan Azka”.
Bu Inem : “Emang kenapa?”.
Nisa : “Aku merasa tidak cocok lagi bersama dengannya, dia sekarang menjadi lelaki tampan yang kaya sedangkan aku hanya gadis miskin yag tidak punya apa – apa”.
Bu Suminem : “Jangan merasa seperti itu, jodoh tak akan kemana, bagi Tuhan statuspun tak akan pernah dipersoalkan, selama janur kuning masih belum melengkung Azka masih jadi milik umum”.
Nisa : “Iya Bu makasih atas sarannya, yaudah ibu tidur saja, kasihan dede’ bayinya nanti”.
Bu Suminem : “Ndak apa–apa, ibu lanjutin dulu ya kebelakang”. (Tiba – tiba perutnya berkontraksi)
Bu Suminem : “Aduh....”. (Seraya memegangi perutnya)
Nisa : “Ibu kenapa?”. (Dengan panik) “Ayo Nisa antar ke kamar”.
Bu Suminem : “Iya”.
Nisa : “Ibu istirahat ya, jangan kebayakan mikir, nanti kasihan ibu dan adek bayinya.”
Scene 8
Wartawan : “ Dikabarkan Bank Assalam Center Asia telah terjadi penggelapan uang, apakah benar begitu?”
Polisi : “Benar..”
Wartawan : “Apakah Pihak KPK sendiri sedang mengusut masalah ini dengan sigap”
Polisi : “Kami selaku pihak KPK akan mengusut masalah ini dengan tuntas dan kami akan mengumpulkan bukti – bukti serta menjaring orang – orang yang telah bekerjasama untuk menggelapkan uang pajak bunga ini”
Wartawan : “Apakah ada banyak orang yang terlibat dalam kasus ini?”
Polisi : “ Kami masih belum mengetahui siapa saja orang yang terlibat dalam kasus ini”
Wartawan : “Terima kasih atas informasinya”
Scene 9
Malam hari itu bertepatan dengan keluarga Pak
Ari pergi berlibur keluar negeri, pak sayur mulai melancarkan aksinya. Dengan
mengendap-endap, dia mulai memasuki halaman rumah.
Padagang sayur : “(Seraya memakai kaus tangan). Besar banget nih
rumah, tapi saying rumah se-gede gini nggak ada system pengamannya. Hem.. kok
system pengaman, gerbang rumah sama satpam aja nggak punya. Hahaha… apalagi
yang namanya CCTV, haha.. kalau kaya begini kan nggak perlu susah-susah buat
obrak-abrik nih rumah. Hahaha…”.
Dengan langkah
yang begitu santai, Pak sayurpun menuju pintu depan. Ia mulai mencoba membuka
pintu itu dengan mencongkelnya. Dan tanpa diduga pintu dapat terbua dengan
begitu mudahnya. Pak sayur bergumam.
Padagang sayur :”(Waduh, gak nyangka dengan
mudahnya gue buka nih pintu, seperti rumah sendiri aja rasanya)”.
Tanpa ada rasa was-was dan keraguan apapun, Pak
sayur memasuki rumah keluarga Pak Ari dengan santainya.
Padagang sayur :”Ehm… (enaknya barang berharga apa ya yang gue
sikat?)”.
Pak sayur pun
berkeliling dan melihat-lihat barang berharga apa yang sekiranya dapat dia
bawa.
Padagang sayur :”Nah, ini dia… (teriaknya
senang melihat kuni mobil ditempat gantungan kunci). Oiya... gue kan nggak bisa
pakai mbil. Aduh, gubluk. (Tambahnya seraya melihat-lihat disekitarnya). Nah,
ada kunci lagi nih. Kelihatannya kunci motor, ehm.. gue bawa yang ini aja
lah...”.
Pak sayur pun keluar dari dari halaman rumah keluarga Pak Ari
dengan mengendarai sepeda motor tersebut, dan berhasil membawa kabur sejumlah
perhiasan dan beberapa uang.
Scene 10
Dua hari kemudian
keluarga Pak Ari pulang dari liburnnya. Sesampainya dirumah, Pak Ari terkejut
mendapati pintu depan rumhnya yang sudah tidak terkunci lagi sebagaimana saat
ia tinggal. Pak Ari segera masuk kedalam rumah dan menyalakan lampu, ia
terkejut melihat keadaan rumahnya yang berantakan. Dan Bu Aisyah berlari menuju
kelemari perhiasannya
Bu Aisyah :”Pak ne..
(Teriak Bu Aisyah sekera-kerasnya)”.
Pak Ari :”Ada apa
buk ne ??”. ( seraya berlari menghampiri istrinya).
Bu Aisyah :”Pak ne,
perhiasanku hilang semua.( dengan nada bingung dan kalut)
Pak Ari pun teringat uangnya yang ia simpan
dilaci meja kerjanya.
Bu Aisyah :”Pak ne, kok
malah pergi sih ?”. (rengeknya).
Pak Ari :”Bentar
bukne”. (seraya pergi kelaci meja kerjanya).
Belum sempat membuka laci meja kerjanya, Azka berlari
menghampiri.
Azka :”Yah, sepeda
motorku hilang”.
Pak Ari :”Apa ? kok
bisa ?”. ( Dengan wajah scok).
Azka :”Kuncinya
yang Azka taruh dimeja tidak ada, lagian motornya pun juga nggak ada”.
Pak Ari :”Mobilnya?!?”.
Azka :”Mobilnya
masih ada kok yah”.
Kemudian Pak Ari membuka laci meja kerjanya,
betapa terkejutnya ia setelah melihat laci meja kerjanya yang awalnya
bergepok-gepok uang kini hanya tersisa beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah
saja. Pak Ari mulai menerka-nerka siapa orang yang telah berani merampok
dirumah ini.
Pak Ari :”Ya
sudah, sekarang kita istirahat saja terlebih dahulu, besok kita usut lagi siapa
sebenarnya pelaku yang telah berani merampok rumah ini”.
Scene 11
Keesokan harinya,
Bu Suminem merasa bahagia karena Nisa mendapat bantuan dari sekolahnya sebab
prestasi yang ia peroleh, sehingga ia dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Bu
Suminem pun membeli perabotan rumah baru. Dan dari sisi lain Pak Ari keluar
dari dalam rumahnya.
Pak Ari :”Pagi
ini cerah banget. Huft”. ( seraya mengedarkan pandangan). “loh, Bu Suminem
membeli perabotan rumah kok banyak banget. Jangan-jangan…”. ( pak Ari pun
langsung kembali kedalam rumah).
Pak Ari :”Buk
ne… buk ne…!!. Kesini cepat !”.
Bu Aisyah :”Kenapa
pagi-pagi sudah teriak-teriak ?. membuat kepala buk ne seperti mau pecah saja
!”.
Pak Ari :”Itu loh buk ne, Bu
Sum”.
Bu Aisyah :”Apa sih pak
ne ?. Bu Sum kenapa ?”.
Pak Ari :”Begini
buk ne, dia kok bisa-bisanya beli perabotan rumah baru, banyak lagi. Padahal
kan kita juga tahu sendiri keadaan ekonomi keluarganya. Dapat uang dari mana ya
buk ne ?”.
Bu Aisyah :”Masa sih
pak ne ?”.
Pak Ari :”Iya
buk ne, pagi-pagi begini sudah 2 mobil yang mengantarkan barang kerumahnya”.
Bu Aisyah :”Iya
ya pak ne, apa mungkin ya pak ne kalau Bu Sum yang telah merampok rumah kita ?.
Tapi nggak mungkin loh pak ne, soalnya Bu Sum itu kelihatannya orang
baik-baik”.
Pak Ari
:”Jangan menilai orang dari luarnya buk ne. semua orang itu bisa saja melakukan
kejahatan jika keadaan memaksa”.
Scene 12
Siang
itu juga Pak Ari bertandang kerumah Bu Suminem.
Pak Ari :
(Menggedor-gedor rumah Bu Sum). “Bu Sum.. Bu Sum..!!”.
Bu Suminem :
(Dengan tergesa berlari menuju ruang tamu). Iya.. oh.. Pak Ari sudah pulang
dari luar negeri toh ?. Bagaimana kabarnya?”.
Pak Ari :”
Alah nggak perlu basa-basi, ngomong jujur saja kalau ibu lah yang telah mencuri
uang saya”.
Bu Suminem :”
Astaughfirullah… jangan su’udzon pak”.
Pak Ari :”Alah
tinggal jujur saja sulit banget, bagaimana mungkin orang miskin seperti ibu
bisa beli perabotan rumah sebanyak ini dalam waktu singkat”.
Bu Suminem :”Asal
Pak Ari tahu saja ya, uang ini saya dapat dari gaji Nisa dan bantuan dari
sekolahnya karena ia berprestasi”.
Pak Ari :”Udah
wanita janda, suka berbohong, suka mencuri lagi”.
Bu Suminem :”Terserah
Pak Ari mau bilang apa, tetapi saya sudah berkata yang sejujur-jujurnya”.
Pak Ari :”Sudahlah
bu, saya akan laporkan semua ini ke polisi”. (sambil berlalu pergi meninggalkan
halaman rumah Bu Sum).
Belum sempat Pak
Ari melapor kepihak yang berwajib, Pak Ari keburu digrebek oleh pasukan khusus
polisi karena terbukti melakukan korupsi secara besar-besaran. Dan Bu Sum
terbebas dari tuduhan karena tiada bukti yang kuat yang menunjukkan bahwa Bu
Sum adalah tersangka dalam perampokan dirumah Pak Ari. Kemudian Bu Aisyah
meminta maaf kepada Bu Sum atas tuduhan suaminya yang tanpa didasari
bukti-bukti. Dan kini hubungan keluarga Bu Aisyah dan Bu Sum kembali baik
seperti sebelumnya.
Bu Aisyah : “Bu Sum …
ma’afkan kelakuan suami saya ya … yang telah menuduh ibu sebagai dalang
pencurian di rumah saya …”
Bu Suminem : “Iya Bu … saya
sudah mema’afkan semua kesalahan yang telah Pak Ari lakukan,saya ikhlas …”
Bu Aisyah : “Semoga
kita bisa menjadi tetangga yang baik dan rukun lagi seperti dulu …”
Bu Suminem : “Iya Bu …
Semoga …”
Setelah Pak Ari
berada didalam sel jeruji besi, Keluarga Pak Ari kembali berubah menjadi keluarga
yang sederhana, bersahaja, dan peduli lagi terhadap lingkungan sekitar.
Yayasan Pendidikan Islam Assalam