- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 3 dan 4 PPDB SMKI ...
- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 2 PPDB SMKI ASSALAM...
- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...
Mendikbud Nadiem Ingin Pendidikan Pancasila Lebih dari Sekadar Hafalan
Penulis Fitria
Chusna Farisa
Dilansir dari KOMPAS.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim tak ingin pendidikan Pancasila sekadar menghafal butir-butir atau lima sila yang ada.
Ia berharap seluruh siswa mengamalkan nilai-nilai Pancasila dari pendidikan yang didapat di sekolah.
"Pancasila sampai hari ini menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan kebijakan dan pengendali relasi sosial di masyarakat, sehingga kami menginginkan pendidikan Pancasila yang lebih dari sekedar hafalan butir-butir sila," kata Nadiem dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia, Minggu (21/3/2021).
Nadiem mengatakan, pada kenyataannya pendidikan Pancasila di sekolah yang diterima para siswa cenderung berjarak dari kehidupan sehari-hari.
Akibatnya, nilai
dan gagasan mulia dari Pancasila tidak mampu diinternalisasi.
Untuk
menjembatani jarak tersebut, kata Nadiem, pihaknya menyusun konsep profil
pelajar Pancasila.
Konsep ini
terdiri dari enam komponen yakni beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar
kristis, dan kreatif.
Beriman kepada
Tuhan dan berakhlak mulia menjadi acuan untuk membentuk karakter siswa yang
memiliki integritas, spiritualitas, dan moralitas.
Sementara,
berkebinekaan global dibutuhkan untuk berkompetisi secara global, mentoleransi
sekaligus mencintai perbedaan.
Selanjutnya,
gotong royong menjadi salah satu karakter bangsa untuk mempersiapkan diri
menghadapi tantangan global melalui kerja sama dan kolaborasi.
Pada saat yang sama,
kemandirian dibutuhkan guna mencapai cita-cita dan kemauan untuk terus belajar.
Kemudian,
bernalar kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah di berbagai aspek
kehidupan. Sementara, kreativitas tidak hanya dimaknai di bidang seni atau
budaya, tetapi juga kreatif mengambil keputusan saat menghadapi situasi baru.
"Pendidikan
Pancasila di bawah payung Merdeka Belajar dirancang dengan konsep link and
match antara enam komponen profil pelajar Pancasila dengan kehidupan
sehari-hari saat ini dan masa depan," tutur Nadiem.
Nadiem pun
berpesan kepada para guru untuk tidak hanya meminta siswanya menghafal
butir-butir Pancasila, tetapi menjadi pendidik dan contoh pembelajar sepanjang
hayat, juga sebagai warga negara yang mampu memahami, memaknai, dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila.
Namun demikian,
menurut Nadiem, pembelajaran pendidikan Pancasila bukan hanya tanggung jawab
guru semata, tapi seluruh pihak.
"Pendidikan Pancasila bukan hanya menjadi
tugas guru mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan PPKn (Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan) tetapi merupakan tanggung jawab kita
semuanya," kata dia.
Untuk diketahui,
survei Indikator Politik Indonesia menemukan bahwa mayoritas anak muda menilai
PMP dan PPKn penting untuk dimasukkan dalam mata pelajaran di sekolah.
Sebanyak 82,3
persen anak muda menilai bahwa pendidikan tersebut semestinya diajarkan sejak
sekolah dasar (SD).
Adapun survei
yang digelar Maret 2021 ini melibatkan 1.200 responden berusia 17-21 tahun.
Survei dilakukan melalui telepon dan memiliki toleransi kesalahan atau margin
of error kurang lebih sebesar 2,9 persen.
Yayasan Pendidikan Islam Assalam