- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW CALON SISWA SMKI TAHUN AJARAN 202...
- MILLENIAL ASSALAM OLYMPIC-1 2022...
Anak-anak Dilanda Kebosanan PJJ, Hasil Survei: Hanya 9,7 Persen yang Senang
Oleh: Muhammad Ashari
Dilansir dari PIKIRAN
RAKYAT - Survei
Median menunjukkan hanya sedikit orangtua yang menyenangi pembelajaran jarak
jauh di tengah pandemi. Mayoritas orangtua mengamati anak mereka mengalami
kebosanan dalam melakukan PJJ.
Survei yang memiliki 1.000 responden berusia
17 tahun ke atas itu menunjukkan hanya 9,7% yang senang dengan aktivitas PJJ.
Sementara 41,4% mengaku bosan dengan PJJ yang telah berjalan lebih
dari setahun terakhir.
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun menuturkan, hasil survei itu
pada dasarnya menunjukan persepsi orangtua terhadap kegiatan belajar anak-anak
mereka selama pandemi.
"Jadi memang perasaan orangtua ini,
mereka melihat bahwa anak-anak yang selama hampir dua tahun ini melakukan
pembelajaran jarak jauh, mayoritasnya itu bosan. Jadi 41,4 persen (yang
bosan)," tuturnya pada saat ekspos hasil survei, Kamis, 9 September
2021.
Survei yang berlangsung pada periode 19-26
Agustus 2021 menunjukkan hasil yang mirip-mirip antara responden di Pulau Jawa
dan luar Pulau Jawa.
Di Pulau Jawa, hanya 10% responden yang senang dengan PJJ,
sementara 41,7% merasa bosan. Di luar Pulau Jawa, hanya 7,1% yang senang PJJ sedangkan
39,3% merasa bosan.
Median juga menyurvei responden berdasarkan
latar belakang pendidikannya. Rico menuturkan kemungkinan adanya korelasi
antara responden dengan latar belakang pendidikan rendah dengan persepsi atas PJJ.
Menurutnya, semakin rendah latar belakang
pendidikan responden, semakin besar ia mempersepsikan PJJ sebagai
kegiatan yang membosankan.
"Kalau tingkat pendidikan ini ada hubungannya dengan strata
ekonomi, kita bisa melihat memang semakin rendah tingkat pendidikannya itu
semakin tinggi perasaan bosan yang dimiliki oleh anak-anak," tuturnya.
Responden dengan latar belakang pendidikan SD
sederajat, menunjukkan 73,5% merasa bosan dengan PJJ. Sementara hanya 8,7%
yang senang.
Adapun responden dengan latar belakang tamatan
setara diploma dan sarjana menunjukkan 34% merasa bosan dengan PJJ.
Hanya 13,9% responden dari latar belakang pendidikan tinggi yang mengaku senang
dengan PJJ.
Hal yang membuat sebagian besar responden cenderung memberikan
persepsi negatif terhadap PJJ ditopang oleh beberapa hal.
Terbesar adalah masalah koneksi internet yang
buruk (62,7%), diikuti kemudian oleh masalah ponsel yang tak kompatibel
(48,7%). Masalah terbesar ketiga adalah pelajaran yang sulit untuk diikuti
(42%).
Survei juga menyoroti tentang rencana PTM Terbatas. Mayoritas
responden menyatakan khawatir dengan potensi penularan bila PTM Terbatas
dilaksanakan (60,7%). Responden yang menyatakan tak khawatir hanya 24,3%.
Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PAN Zainuddin
Maliki mengatakan, hasil survei menunjukkan bahwa antara keinginan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim, untuk
melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas belum selaras dengan kondisi
orangtua siswa yang umumnya merasa khawatir dengan PTM terbatas.
"Berangkat dari hal ini, PTM Terbatas tetap tidak boleh
dipaksakan bila orangtua, termasuk pemerintah daerah, masih belum mengizinkan
PTM Terbatas," tuturnya.
Ia menambahkan, Komisi X DPR pada dasarnya
menyarankan kepada Kemendikbudristek, untuk serius meningkatkan motivasi,
pelatihan, dan keahlian, dalam rangka mendesain PJJ. Hal itu dilakukan
pada awal-awal PJJ diberlakukan.
"Tapi, ternyata tak bisa dilakukan. Tak ada
proses upskilling-reskilling dalam mendesain PJJ sehingga yang
terjadi adalah kebosanan," tuturnya.***
Sumber: