- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 3 dan 4 PPDB SMKI ...
- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 2 PPDB SMKI ASSALAM...
- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...

Kemendikbud Ristek: Konsep
Penulis: Dian Ihsan
Dilansir dari kompas.com - Sinergi
antara pendidikan vokasi dan industri amat penting dalam peningkatan kapasitas
serta kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud
Ristek, Wikan Sakarinto mengatakan, saat ini, koneksi antara keduanya belum
begitu optimal.
Salah satu upaya yang harus ditempuh
adalah penguatan konsep link and match kepada pelaku industri.
Menurut dia, konsep link and match ini
terdiri dari delapan standar. Pertama, kurikulum disusun bersama.
Wikan mengaku, kurikulum akan di refom
agar lebih berat pada pembentukan karakter dan soft skill dari pada hard skill.
"Hard skill dan produktif iya,
tetapi kita dikeluhkan, karena lulusan kita kurang komunikasi, kurang mampu
menghadapi tekanan dunia kerja, kita akan fokuskan kalau kita menyusun
kurikulum bersama dengan industri itu soft skill karakternya kuat, hard skill
akan otomatis kuat," ucap dia dalam keterangan resminya, Sabtu (17/7/2021).
Kedua, kata dia, pembelajaran berbasis
project riil dari dunia kerja (PBL). Tujuannya adalah untuk memastikan hard
skill akan disertai soft skill dan karakter yang kuat.
Ketiga, jumlah dan peran guru, dosen,
instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, ditingkatkan secara
signifikan sampai minimal mencapai 50 jam per semester, per program studi.
"Jadi, dosen-dosen dari Kadin harus
rutin kita hadirkan di kelas. Sejak semester satu, anak-anak kita sudah
diekspos dengan kondisi nyata," tambah Wikan.
Poin keempat merupakan optimalisasi
magang atau praktik kerja di industri atau dunia kerja. Menurutnya minimal
dirancang satu semester sejak awal.
“Jangan sampai langsung lompat ke nomor
empat, sedangkan poin 2 dan 3 belum kita lakukan,” tuturnya.
Adapun yang kelima adalah sertifikasi
kompetensi, yang sesuai standar dan kebutuhan dunia kerja (bagi lulusan dan
dosen, guru/instruktur).
Kemudian dosen/guru/instruktur secara
rutin mendapatkan update teknologi dan pelatihan dari dunia kerja.
"Aspek ketujuh cukup krusial yakni
riset terapan mendukung teaching factory atau teaching industry," jelas
dia.
Wikan menjelaskan, ketika bicara riset
terapan, tidak bisa langsung lompat ke riset terapan.
Ini bagian dari link and match. Riset
terapan yang tepat itu teaching factory/teaching industry harus bermula dari
kasus nyata di industri atau masyarakat.
"Sehingga kebijakan kita untuk riset
terapan itu ya ini, start from the end," ungkap dia.
Wikan menyebutkan riset itu dimulai dari
Market Readiness Level (MRL) bersama industri atau bersama Kamar Dagang dan
Industri (Kadin).
Kemudian merancang kalau kelak produk
mereka nanti sudah selesai, bagaimana memproduksi massal dan mengirimkannya ke
pasar atau masyarakat.
"Harus ada Venture Readiness Level
(VRL). Jadi kita harus punya kesiapan mitra industri yang nanti memproduksi
masal. Karena kalau kampus atau SMK diminta untuk memproduksi massal itu ya
salah," kata dia.
Kampus vokasi atau sekolah menengah
kejuruan (SMK) adalah pabrik ide atau pabrik prototype dan dilahirkan bersama
dengan industri.
Baru setelah itu Tehnical Readiness
Level (TRL). Ini dipublikasikan setelah produk sudah jadi.
“Di HAKI, paten, atau produk register
itu boleh dipublikasikan. Tapi jangan sampai mindset kita untuk melakukan link
and match tadi hanya administratif," tutur Wikan.
Terakhir, komitmen serapan lulusan, oleh
dunia kerja (bukan mengharuskan, tapi komitmen kuat).