- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 3 dan 4 PPDB SMKI ...
- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 2 PPDB SMKI ASSALAM...
- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...

5 Alasan Nadiem Mengapa Siswa Harus Segera Sekolah Tatap Muka
Penulis: Kristina –
detikEdu
Dilansir dari Detik.com
- Mendikbudristek Nadiem
Makarim menginginkan agar siswa segera melakukan sekolah tatap muka.
Pasalnya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) memiliki dampak yang mengkhawatirkan
bagi kognitif hingga psikologis anak.
Pernyataan tersebut disampaikan
Nadiem dalam raker dengan Komisi X DPR RI yang disiarkan akun YouTube DPR,
Senin (23/8/2021).
"Bapak dan ibu anggota
Komisi X sudah tahu, saya dari bulan Januari, bahkan dari tahun kemarin, saya
dan tim kami di Kemendikbudristek posisinya sudah jelas, secepat dan seaman
mungkin semua anak harus balik sekolah, itu posisi kita sudah sangat
jelas," kata Nadiem.
Sekolah tatap muka yang sudah
dilakukan sebanyak 30% siswa Indonesia harus terhenti akibat munculnya COVID-19
varian Delta.
"Pada saat itu terjadi,
bapak-ibu anggota Komisi X, tim Kemendikbud itu salah satu minggu tersedih kita
lah. Kita sudah kerja keras untuk mendorong daerah yang sulit sekali didorong
untuk membuka sekolahnya akhirnya mereka membuka, tiba-tiba delta variant
melanda," ujarnya.
ALASAN NADIEM GELAR SEKOLAH
TATAP MUKA
Ada beberapa
alasan yang membuat Nadiem mendorong daerah agar segera melakukan
sekolah tatap muka. Berikut rinciannya:
1. Anak Kehilangan Kesempatan Belajar
Nadiem menegaskan, PJJ yang
berlangsung hampir dua tahun ini telah mengakibatkan anak kehilangan kesempatan
belajar. Dalam hal ini, siswa telah mengalami kognitif learning loss.
Hal serupa juga pernah
diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah (Pauddikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri, dalam
Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) secara daring, Kamis (12/8/2021) lalu.
"Pembelajaran jarak jauh kita kalau dibiarkan terlalu lama maka resiko yang dialami anak-anak kita, pendidikan kita, dan negeri ini akan semakin besar. Dan learning loss ini bisa berdampak pada risiko-risiko kemampuan intelektual anak. Kemudian, kecakapan hidupnya, yang pada gilirannya nanti akan berisiko terhadap earning, pendapatannya ketika dia bekerja," kata Jumeri.
2. Kritisnya Kondisi Psikologis Anak
Nadiem juga mengungkapkan,
kondisi PJJ yang sudah terlalu lama ini, turut berdampak pada psikologis anak.
Bahkan, Nadiem menyebut, hal ini sudah terlalu kritis.
"Sekarang kita sudah
melihat bahwa perjuangan kita, posisi kita masih jelas, setiap kali diskusi
dengan kementerian-kementerian lain, posisi kami selalu sama, secepat mungkin.
Ini sudah terlalu lama kondisi psikologis anak kita dan kognitif learning loss
anak kita sudah terlalu kritis, kita harus secepat mungkin membuka dengan
protokol kesehatan yang ketat," ucap Nadiem.
3. Penurunan Capaian Belajar
PJJ memiliki banyak resiko yang
nantinya berpengaruh pada kualitas peserta didik. Learning loss yang terjadi
pada siswa ini berdampak pada penurunan capaian belajar.
"Jadi saya tidak harus
menjelaskan lagi apa risikonya, ini kita sudah ada penurunan capaian
belajar," imbuh Nadiem.
4. Banyak Anak Putus Sekolah, Terlebih Perempuan
Selain itu, Nadiem mengungkap
banyak terjadi kasus anak putus sekolah selama masa PJJ. Terlebih bagi siswa
perempuan. Di berbagai daerah, kata Nadiem, learning loss ini memiliki dampak
yang permanen.
"Banyak anak putus
sekolah, apalagi perempuan. Di berbagai macam daerah banyak learning loss yang
dampaknya permanen," papar Nadiem.
5. Adanya Kasus KDRT
Alasan lain yang semakin
memperkuat Nadiem untuk menyelenggarakan sekolah tatap muka karena
adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Kekerasan terjadi dalam
rumah tangga, ini kita semua sudah tahu, semua kita adalah orang tua, atau
anak, atau punya teman, yang sudah mengalami ketegangan melaksanakan PJJ, jadi
ini harus segera kita akselerasi," lanjutnya.
Sumber: