- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 3 dan 4 PPDB SMKI ...
- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 2 PPDB SMKI ASSALAM...
- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...
Cara Kemendikbudristek Ciptakan Indonesia Tangguh dengan SDM Unggul
Penulis: Pengelola
web kemdikbud
Dilansir dari
Kemendikbudristek - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Sekretariat Jenderal
Kementerian Ketenagakerjaan RI (Sekjen Kemenaker), Kepala Badan Riset Nasional
RI, dan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuaan dan
Perlindungan Anak (KemenPPPA), melakukan diskusi bersama dengan Tempo Media
bertajuk Menciptakan Indonesia Tangguh dengan SDM Unggul secara virtual, pekan
lalu.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa terdapat dua langkah
jangka panjang dan pendek yang harus dilakukan untuk menciptakan SDM Indonesia
yang unggul.
“Prioritas nomor satu adalah mengembalikan anak untuk sekolah
tatap muka agar meminimalisir adanya learning loss dan dampak psikologis.
Kedua, bagaimana bisa mengejar ketertinggalan yang sudah terjadi, melalui
berbagai macam intervensi di dunia numerasi, literasi, dan pendidikan
karakter,” urainya.
Optimalisasi menurut Nadiem menjadi hal terpenting, karena
tidak semua anak bisa belajar secara serentak, melainkan dengan kecepatannya
sendiri–sendiri. Dalam hal ini, Kemendikbudristek memberikan berbagai
fleksibilitas kelulusan. “Kita tidak mau anak tidak naik kelas karena pandemi.
Jadi, tugas besar kita adalah menciptakan proses pembelajaran lebih inovatif.
Harapannya, sekolah-sekolah dapat mengejar ketertinggalan yang terjadi selama
pandemi,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekjen Kemenaker, Anwar Sanusi
mengungkapkan indeks pembangunan sumber daya manusia. Ia mengatakan, ada
perubahan dari rencana target dengan realisasi. Hal itu terlihat dari sisi
bagaimana dampak dari sektor ketenagakerjaan pada saat pandemi pertama sampai
akhir tahun 2020 di mana dampaknya sangat tinggi. Pengangguran terbuka mencapai
7.71% namun pada Februari 2021 terjadi penurunan.
Menurutnya, ada tiga hal yang harus diupayakan untuk
mengatasinya. Pertama, terkait peningkatan dari sisi aspek kebutuhan
keterampilan. Kedua adalah sertifikasi pelatiha. Pelatihan dan sertifikasi
adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan, dan sertifikasi merupakan
pembuktian kompetensi. Ketiga adalah penempatan. Jangan sampai pelatihan
dilakukan secara masif, tetapi yang terjadi adalah memperpanjangan
unemployeement. “Oleh karena itu, dengan kondisi saat ini, kami sangat
menginginkan hubungan relasi yang baik dengan indsutri,” tegas Anwar Sanusi.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko
menambahkan bahwa pandemi merupakan bencana, tetapi di sisi lain pandemi ini
juga menimbulkan peluang baru. Ada kenaikan yang signifikan mengenai output
riset, karena para periset memiliki waktu lebih banyak. Selain itu katanya,
pandemi memberi petunjuk atau peluang baru bagi periset melakukan riset yang
belum pernah dilakukan, seperti mengembangkan alat kesehatan serta pengembangan
vaksin untuk manusia.
“Untuk
menghasilkan inovasi yang unggul dimasa pandemi, Badan Kepala Riset dan Inovasi
Nasional RI berproses untuk menyediakan semua infrastruktur yang dibutuhkan
untuk mendukung keberhasilan penelitian,” terang Handoko.
Disamping itu, Deputi Bidang Kesetaraan Gender (KemenPPPA),
Leny Rosalin menjelaskan ada beberapa kesulitan dalam menghadapi pandemi.
Pertama, orang tua yang terdampak. Kedua, orang tua work from home (WFH).
Ketiga adalah banyaknya asisten rumah tangga (ART) yang kembali ke kampung
halamannya. Leny mengungkapkan, pihaknya telah mengedukasi orang tua, ibu, dan
keluarga di Indonesia bagaimana mendidik anak di rumah.
Di bagian lain, Leny menyampaikan, terdapat sekitar 99,99%
usaha mikro dan menengah dan sebanyak 60% di antaranya dimiliki dan dikelola
kaum perempuan. KemenPPPA menyentuh perempuan marjinal ini, yang menjadi kepala
keluarga maupun perempuan penyintas bencana untuk diberikan pelatihan tentang
digital ekonomi, sehingga mereka bisa melakukan promosi melalui media sosial.
“Upaya ini kita lakukan dengan kita bersinergi dengan lembaga
masyarakat, fokus kami kepada dunia angkanya cukup tinggi, penyintas cukup
tinggi, disini kami melakukan pelatihan, pendampingan sehingga mereka bisa
meningkatkan kesejahteraan keluarganya,” tutup Leny.* (Tamara, Rizka, Mieka,
Denty A.)