- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 3 dan 4 PPDB SMKI ...
- Pengumuman Hasil Tes Interview Gelombang 2 PPDB SMKI ASSALAM...
- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...

Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah, Ini Faktor Pemicunya
Penulis: Kontributor Sains, Monika Novena
Dilansir dari KOMPAS.com - Keberadaan
bahasa daerah di Indonesia kian hari makin tersisihkan. Bahkan beberapa bahasa
daerah terancam punah karena sepi penutur.
Data dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pun mencatat, setidaknya ada 11 bahasa daerah yang punah.
Semuanya berasal dari Indonesia bagian
timur, yakni Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara.
Kepunahan suatu bahasa memang tak
terjadi secara langsung, melainkan melalui proses yang panjang.
Sebelum akhirnya dinyatakan punah, sebuah bahasa akan melalui tahapan mulai dari berpotensi terancam punah, terancam punah, sangat terancam punah, sekarat, dan punah.
Menurut Cece Sobarna, Guru Besar
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, ada beberapa faktor memicu suatu
bahasa daerah di Indonesia dapat terancam punah.
Dikutip dari laman resmi Universitas
Padjajaran, Sabtu (24/7/2021) ia menyebut jika ada anggapan bahwa menggunakan
bahasa daerah merupakan simbol keterbelakangan dan juga kemiskinan.
Sementara untuk kalangan muda,
seringkali lahir persepsi tidak gaul saat seseorang menggunakan bahasa
daerahnya.
"Anggapan itu tentu mengkhawatirkan
jika terjadi terus menerus karena akhirnya bahasa daerah akan ditinggalkan oleh
penuturnya," ungkap Cece.
Faktor lain yang dapat menyebabkan
bahasa daerah di Indonesia terancam punah adalah anggapan bahwa dwibahasa dapat
menghalangi proses pendidikan anak.
Anak yang mengenal lebih dari satu
bahasa akan menghalangi kemajuan proses pendidikannya.
“Nah, ini tentu harus diluruskan bahwa
tidak seperti itu,” ujar Kaprodi Doktor Ilmu Sastra FIB Unpad.
Penyebab bahasa daerah punah yang lain
adalah persaingan bahasa daerah dengan bahasa nasional dan bahasa asing.
Hal ini memang tak terelakkan, karena
saat ini kita berada di era globalisasi. Namun menurut Cece, kecintaan terhadap
budaya harus tetap dipertahankan.
Itu mengapa ia menyayangkan penamaan
sejumlah tempat di Indonesia yang menggunakan istilah asing, seperti 'market'
untuk pasar, atau 'park' untuk taman.
Hal tersebut, menurut Cece, bisa menjadi
ancaman terhadap bahasa daerah.
"Sebetulnya cukup mengkhawatirkan
karena gejala itu memang dirasakan perlahan. Tapi jika tak dipertahankan bisa
saja bahasa daerah tinggal sebuah artefak," katanya.
Ia pun berharap jika setiap komponen
masyarakat dapat berperan untuk mencegah kepunahan bahasa daerah, salah satunya
melalui institusi pendidikan.
"Pendidikan punya peran penting
mencegah punahnya bahasa daerah. Pendidikan juga mampu meningkatkan minat
generasi muda untuk menggunakannya," jelas Cece.
Sumber: