Oleh Yayat Hendayana
28 Oktober 2020
Jakarta –
Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan
di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat
menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan
pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga
tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Situasi pandemi ini menjadi
tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan
teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan. Demikian dikatakan Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, pada acara Medan International
Conference on Energy and Sustainability, Selasa (27/10).
“Saat ini pandemi menjadi
tantangan dalam mengembangkan kreativitas terhadap penggunaan teknologi, bukan
hanya transmisi pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap
tersampaikan dengan baik,” tutur Nizam.
Pada saat yang bersamaan, lanjut
Nizam, tantangan ini juga menjadi kesempatan bagi semua tentang bagaimana
penggunaan teknologi dapat membantu membawa mahasiswa dan pelajar menjadi
kompeten untuk abad ke-21. Keterampilan yang paling penting pada abad ke-21
ialah self-directed learning atau pembelajar
mandiri sebagai outcome dari
edukasi.
Nizam menjelaskan masa pandemi
ini dapat melatih serta menanamkan kebiasaan menjadi pembelajar mandiri melalui
berbagai kelas daring atau webinar yang diikuti oleh mahasiswa. Selain itu,
mahasiswa juga dapat bekerja sama satu dengan yang lain untuk menyelesaikan
permasalahan dalam pembelajaran serta menghadapi permasalahan nyata yang ada.
Ia pun menambahkan bahwa situasi ini bukan hanya menjadi tantangan bagi
mahasiswa, namun juga para dosen dalam menyampaikan edukasi dimana para dosen
perlu memastikan bahwa mahasiswa memahami materi pembelajaran.
“Pembelajaran daring menjadi
tantangan bagi dunia pendidikan dengan situasi Indonesia yang memiliki ribuan
pulau. Bagaimana teknologi dapat digunakan, bagaimana penyediaan akses internet
pada daerah-daerah terpencil dimana barang elektronik tanpa akses internet pun
masih menjadi suatu kemewahan. Ini merupakan tantangan bagi semua pihak, saat
ini kita harus bekerja keras bersama bagaimana membawa teknologi menjawab permasalahan
nyata yang terjadi pada mahasiswa dan pelajar yang kurang beruntung dalam hal
ekonomi maupun teknologi yang berada di daerah-daerah terpencil,” lanjutnya.
Kondisi pandemi Covid-19 juga
memaksa para pemangku kebijakan di bidang pendidikan untuk dapat menyesuaikan
diri dalam melaksanakan proses pembelajaran. Penyesuaian ini diwujudkan melalui
kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MB-KM), dimana mahasiswa diberikan
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas dan kompetensi
baru melalui beberapa kegiatan pembelajaran di luar program studinya.
Adapun program-program pada masa
pandemi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi berupa
relawan pengendalian Covid-19 (RECON), KKN Tematik, Mengajar Dari rumah (MDR),
dan Permata Sakti. Seluruh program tersebut diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa
di seluruh Indonesia.
Di sisi lain, Nizam pun
menyampaikan masa pandemi ini juga memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk
keluar dari pandemi dan menjadi green nation.
Menurutnya, sejak pandemi hadir, lingkungan menjadi lebih bersih akibat
berkurangnya emisi gas buang, mengingat terbatasnya aktivitas masyarakat di
luar rumah.
(YH/DZI/FH/DH/NH/MFS/VAL/YJ/ITR)
Humas
Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan