- PENGUMUMAN HASIL TES INTERVIEW GELOMBANG 1 SMKI ASSALAM JAMB...
- PPDB tahun ajaran 2025/2026 telah dibuka....
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 3 SMK ISLAM AS...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW TES PPDB GELOMBANG 2 SMK ISLAM AS...
- ASSALAM BERSHOLAWAT bersama Habib JA'FAR BIN UTSMAN AL-JUFRI...
- (UPDATE) PENGUMUMAN HASIL SELEKSI INTERVIEW PPDB GELOMBANG 1...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN CALON SISWA BARU GELOMB...
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU GELOMBANG 2 S...
- PENGUMUMAN HASIL INTERVIEW CALON SISWA SMKI TAHUN AJARAN 202...
- MILLENIAL ASSALAM OLYMPIC-1 2022...
Praktisi Pendidikan: Begini Cara Menyiasati Learning Loss
Penulis: Albertus Adit
Dilansir dari KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini mengharuskan siswa ikut
pembelajaran secara daring (online).
Tetapi, karena terlalu
lama siswa ikut pembelajaran daring dikhawatirkan bakal terjadi learning loss.
Learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan
keterampilan baik secara umum atau spesifik. Atau terjadinya kemunduran proses
akademik karena suatu kondisi tertentu.
Kondisi tersebut, antara
lain adalah periode libur panjang pada kalender akademik, peristiwa putus
sekolah yang dialami siswa karena kemiskinan, hingga ditutupnya sekolah tatap
muka karena pandemi.
Pemerhati dan Praktisi
Pendidikan, Indra Charismiadji dalam Webinar GREDU ft. ClassIn, Kamis
(2/9/2021) mengatakan bahwa kondisi learning loss tidak sepenuhnya terjadi
karena pembelajaran jarak jauh atau karena tidak adanya pembelajaran tatap
muka.
"Learning loss
justru seringkali diakibatkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari
dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke pembelajaran online," ujarnya dalam
keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (6/9/2021).
Di situasi ini, guru
mendistribusikan informasi dan komunikasi hanya satu arah, yang kemudian
menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan tidak semangat belajar.
Berikut ini cara menyiasati learning loss menurut
Indra Charismiadji:
1. Punya pemikiran bertumbuh
Pendidik
harus mempunyai growth mindset yakni pemikiran yang bertumbuh dan berkembang
sesuai keberlangsungan zaman.
Sebagai
contoh, pembelajaran daring yang dilakukan saat pandemi ini justru mempercepat
pendidik dan siswa dalam menghadapi era digital yang perkembangannya kian cepat
dari waktu ke waktu.
2. Paham Socio-Technical Knowledge Management
Pendidik juga perlu memahami Socio-Technical Knowledge Management pada era digital yang terdiri dari Infokultur, Infostrukur dan Infrastuktur.
Infokultur merupakan transfer informasi di era
digital, salah satunya yang kita kenal dengan istilah blended learning yakni
perpaduan antara manusia dengan teknologi.
Contoh sederhana blended learning adalah siswa belajar menggunakan materi video di luar jam kelas, kemudian pada saat kelas dimulai maka pendidik dan siswa bisa berdiskusi tentang temuan atau pemahaman mengenai materi video tersebut.
Infostruktur berkaitan dengan hal-hal
identitas lembaga di dunia maya, seperti alamat situs, akun-akun sivitas yang
berhubungan dengan nama domain lembaga.
Institusi
pendidikan harus mempunyai domain khusus misal sch.id atau ac.id untuk
penyediaan e-mail guru dan siswa agar proses transfer informasi tidak akan
tercampur dengan urusan pribadi.
Selain
domain, lembaga pendidikan juga perlu menyiapkan aplikasi-aplikasi yang dapat
digunakan untuk proses pembelajaran.
Infrastruktur
bicara tentang perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran digital, dan
tentunya alat yang multitasking, yakni dapat digunakan untuk berbagai fungsi.
Infrastruktur terkait dengan tentang sarana dan prasarana, gawai, listrik
hingga internet yang merupakan aspek terpenting untuk mendukung keberlangsungan
pendidikan era digital.
3. Terapkan kelas modern
Pendidik mulai menerapkan kelas modern atau
Flipped Classroom, yang menggabungkan aspek asynchronous dan synchronous secara
efektif.
Pada tahap asynchronous siswa mempelajari materi secara individu di luar kelas baik daring maupun luring. Pemanfaatan aplikasi Learning Management System (LMS) menjadi standar dalam pola ini.
Lalu di tahap synchronous, pertemuan di dalam
kelas baik secara daring maupun luring digunakan untuk aktivitas kolaborasi
aktif dari masing-masing siswa yang mendorong penalaran tingkat tinggi atau
HOTS (Higher Order Thinking Skills) dengan cara project based learning, antara
lain melalui presentasi, diskusi, bedah kasus, atau debat.
Sumber: